BUDIDAYA TANAMAN TOMAT DENGAN SISTEM HIDROPONIK
Penelitian ini dilaksanakan di Screen House Fakultas Pertanian UNS dengan ketinggian tempat sekitar 95 meter diatas permukaan laut, penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan September 2006.
Bahan yang digunakan adalah benih tomat Recento F1, pupuk Urea, SP36, KCl, pupuk daun Gandasil D, pupuk daun Gandasil B, pupuk mix A dan B, PPC Alami, Cascade 50 EC, pasir, arang sekam, dan abu sekam. Alat yang digunakan meliputi bak persemaian, polibag, drum plastik penampung nutrisi, timbangan analitik, EC meter, pH meter, termometer, jangka sorong, dan alat pengukur tinggi.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah komposisi nutrisisi yang terdiri atas 5 macam ramuan yaitu : N1 = Pupuk Mix A dan B standart produksi Joro, Bogor; N2 = Pupuk Urea + SP36+ KCl + Gandasil D + Gandasil B; N3 = Pupuk Urea + SP36 + KCl + resep pupuk Hogland; N4 = Pupuk ZA + SP36 + KCl + Gandasil D + Gandasil B; dan N5 = Pupuk ZA + SP36 + KCl + PPC Alami. Faktor kedua adalah macam substrat yang terdiri atas 2 macam yaitu : S1 = substrat berupa arang sekam dan S2 = substrat berupa abu sekam (limbah pabrik tahu). Dengan demikian terdapat 10 kombinasi perlakuan, yang diulang
sebanyak 5 kali dan diambil satu sampel dari masing-masing kombinasi perlakuan.Variabel pengamatan meliputi : a) Tinggi tanaman, b) Saat berbunga, c) Jumlah buah, d) Bobot buah, dan e) Diameter buah. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam taraf 5%, dan apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5% dan uji jarak berganda Duncan (DMRT) taraf 5%.
sebanyak 5 kali dan diambil satu sampel dari masing-masing kombinasi perlakuan.Variabel pengamatan meliputi : a) Tinggi tanaman, b) Saat berbunga, c) Jumlah buah, d) Bobot buah, dan e) Diameter buah. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam taraf 5%, dan apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5% dan uji jarak berganda Duncan (DMRT) taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
Akumulasi fotosintat yang tinggi mengakibatkan pembesaran dan diferensiasi sel yang dinyatakan dalam perubahan ukuran luas daun, pertumbuhan tinggi, dan pembesaran diameter batang. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil sidik ragam taraf 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan macam media, macam komposisi nutrisi, dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Pada Gambar 1, dapat dilihat grafik tinggi tanaman tiap minggu untuk media arang sekam. Pergerakan tinggi tanaman pada nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) relatif lebih tinggi dibandingkan pergerakan tinggi tanaman pada komposisi nutrisi yang lainnya.
Hal ini diduga, karena unsur nitrogen pada N1 lebih tersedia dan mencukupi bagi tanaman, sehingga tinggi tanaman lebih baik dibandingkan dengan komposisi nutrisi yang lainnya.
ada Gambar 2, dapat dilihat grafik tinggi tanaman tiap minggu untuk media abu sekam. Pergerakan tinggi tanaman pada semua komposisi nutrisi pada media abu sekam relatif sama. Hal ini diduga, karena unsur nitrogen (N) yang diserap oleh akar digunakan untuk pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun (Lingga dan Marsono, 2001). Meskipun tingginya kandungan nitrogen akan berpengaruh terhadap tinggi tanaman (Supardi, 1983 dalam Pujiasmanto, 2001). Pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung pada fase pertumbuhan vegetatif. Fase pertumbuhan vegetatif tanaman berhubungan dengan tiga proses penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel. Ketiga proses tersebut membutuhkan karbohidrat, karena karbohidrat yang terbentuk akan bersenyawa dengan persenyawaan-persenyawaan nitrogen untuk membentuk protoplasma pada titik-titik tumbuh yang akan mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Ketersediaan karbohidrat yang dibentuk dalam tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara bagi tanaman tersebut (Harlina, 2003).
B. Saat Berbunga
Bunga merupakan indikator bahwa tanaman telah masuk pada fase reproduktif. Untuk pembentukan bunga tanaman membutuhkan asimilat yang lebih banyak daripada fase vegetatif, karena bunga merupakan organ penarik asimilat yang kuat. Pada umumnya tanaman hanya dapat menghasilkan bunga bilamana telah dewasa, cukup besar, dan mengandung banyak zat-zat cadangan terutama karbohidrat, yang kelak akan dipakai sebagai bahan utama untuk pembentukan bunga (Darjanto dan Satifah, 1990).
Saat berbunga dihitung dengan mencatat jumlah hari saat bunga mulai
terlihat kuncupnya pada tiap tanaman. Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan bahwa
perlakuan macam komposisi nutrisi dan interaksi antara macam media dan macam
komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap saat berbunga,
sedangkan macam media memberikan pengaruh nyata terhadap variabel saat berbunga.
terlihat kuncupnya pada tiap tanaman. Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan bahwa
perlakuan macam komposisi nutrisi dan interaksi antara macam media dan macam
komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap saat berbunga,
sedangkan macam media memberikan pengaruh nyata terhadap variabel saat berbunga.
Hasil uji BNT taraf 5% (Tabel 1), menunjukkan bahwa perlakuan media tanam
arang sekam memberikan rata-rata saat berbunga lebih cepat (24,96 HST) dibandingkan
dengan perlakuan media tanam abu sekam (26,24 HST). Hal ini diduga, karena
ketersediaan hara terutama NPK yang tersimpan dan tersedia pada media tanam dapat
mempengaruhi pembentukan bunga. Hara sangat berguna untuk memperlancar proses
fotosintesis selama fase pertumbuhan vegetatif maupun pada saat tanaman mengalami
peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif, sehingga dapat memacu peningkatan
akumulasi fotosintat sebagai bahan cadangan beberapa karbohidrat dari organ sumber
(daun) ke organ penerima (bunga) yang akan dipakai sebagai bahan utama pembentukan
bunga (Hukom, 2000).
C. Jumlah Buah
Buah merupakan bakal buah (ovarium) yang telah masak dan mengalami proses
pembuahan. Pembentukan buah dimulai dengan perubahan dari bunga ke buah dengan ciri
layu dan gugurnya mahkota bunga dan kadang-kadang benang sari juga (Heddy et al.,
1994). Jumlah buah merupakan jumlah seluruh buah yang dipanen pada tiap tanaman dari
awal sampai akhir panen. Suatu buah dianggap dewasa apabila telah mencapai ukuran
maksimum dan laju pertambahan berat keringnya menjadi nol, buah yang dewasa matang
dengan melalui serangkaian peristiwa enzimatis dan biokimia yang berakibat terjadinya
perubahan komposisi kimia (Gardner et al., 1991).
arang sekam memberikan rata-rata saat berbunga lebih cepat (24,96 HST) dibandingkan
dengan perlakuan media tanam abu sekam (26,24 HST). Hal ini diduga, karena
ketersediaan hara terutama NPK yang tersimpan dan tersedia pada media tanam dapat
mempengaruhi pembentukan bunga. Hara sangat berguna untuk memperlancar proses
fotosintesis selama fase pertumbuhan vegetatif maupun pada saat tanaman mengalami
peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif, sehingga dapat memacu peningkatan
akumulasi fotosintat sebagai bahan cadangan beberapa karbohidrat dari organ sumber
(daun) ke organ penerima (bunga) yang akan dipakai sebagai bahan utama pembentukan
bunga (Hukom, 2000).
C. Jumlah Buah
Buah merupakan bakal buah (ovarium) yang telah masak dan mengalami proses
pembuahan. Pembentukan buah dimulai dengan perubahan dari bunga ke buah dengan ciri
layu dan gugurnya mahkota bunga dan kadang-kadang benang sari juga (Heddy et al.,
1994). Jumlah buah merupakan jumlah seluruh buah yang dipanen pada tiap tanaman dari
awal sampai akhir panen. Suatu buah dianggap dewasa apabila telah mencapai ukuran
maksimum dan laju pertambahan berat keringnya menjadi nol, buah yang dewasa matang
dengan melalui serangkaian peristiwa enzimatis dan biokimia yang berakibat terjadinya
perubahan komposisi kimia (Gardner et al., 1991).
Dari hasil sidik ragam taraf 5% diketahui bahwa perlakuan macam media, macam komposisi nutrisi, dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang berbeda tidak
nyata terhadap jumlah buah.
nyata terhadap jumlah buah.
Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah buah total lebih banyak pada media tanam arang sekam dengan nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) sebanyak 13,0 buah, dibandingkan dengan perlakuan macam media dengan komposisi nutrisi yang lainnya. Banyaknya buah yang terbentuk dipengaruhi oleh kandungan unsur P (fosfor) dan K (kalium), unsur P membantu pembentukan bunga dan buah, dan unsur K membantu dalam perkembangan jaringan penguat pada tangkai buah sehingga mengurangi gugurnya buah (Lingga, 2002).
D. Bobot Buah
Bobot buah merupakan bobot seluruh buah yang dipanen dari awal sampai akhir pada tiap tanaman. Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan macam media, macam komposisi nutrisi, dan interaksi antara macam media dan macam komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap bobot buah total. Pada Gambar 4, dapat dilihat bahwa rata-rata bobot buah lebih besar terdapat pada media tanam arang sekam dengan nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) seberat 175,19 g, dibandingkan dengan rata-rata bobot buah pada perlakuan macam media dan komposisi nutrisi yang lainnya.Meningkatnya produktivitas metabolisme pada tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air yang mengakibatkan bertambahnya bobot buah. Hal ini dikarenakan, bobot buah dipengaruhi oleh kandungan air. Menurut Heddy et al. (1994), bobot buah erat hubungannya dengan jumlah sel, peningkatan pengendapan atau penimbunan zat makanan, serta perkembangan ruang-ruang inter seluler. Unsur hara yang berperan penting dalam pembentukan buah adalah kalium (K). Kalium berguna untuk memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat (Agustina, 2004) dan mengatur pembentukan protein dan buah (Karsono et al., 2002).
E. Diameter Buah
Pengamatan diameter buah dilakukan saat panen dari tiap-tiap tanaman, dengan menggunakan jangka sorong. Hasil analisis ragam taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan antara macam media dan macam komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap diameter buah, demikian juga interaksi antara kedua perlakuan tersebut.Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa rata-rata diameter buah lebih besar terdapat pada media tanam arang sekam dengan nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) sebesar 2,86 cm, dibandingkan dengan perlakuan media dan komposisi nutrisi yang lainnya. Besarnya diameter buah berkaitan dengan proses pembelahan sel yan terjadi dalam tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya, termasuk pembelahan sel dalam buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et al. (1991), bahwa pertumbuhan suatu organ termasuk buah, dapat melalui tahap pasca fertilisasi yang menyebabkan ukuran buah meningkat karena terjadi pembelahan sel.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa macam
media arang sekam dapat mempercepat terjadinya pembungaan, dan interaksinya dengan
nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi
tanaman, jumlah buah, bobot buah, dan diameter buah tomat.
media arang sekam dapat mempercepat terjadinya pembungaan, dan interaksinya dengan
nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi
tanaman, jumlah buah, bobot buah, dan diameter buah tomat.
0 komentar:
Post a Comment