Panduan Budidaya ikan lele
1. Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan
untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi
lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan
lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan
keramba. Namun dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah,
mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak
ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam
ikan.
a. Kolam Tanah
Kolam Tanah
Kelebihan
kolam tanah adalah keadaan alami kolam dapat menyerap racun. hal ini
dikarenakan kandungan alami tanah. namun yang perlu diperhatikan jika
akan menggunakan kolam tanah adalah tidak boleh ada rembesan air masuk
maupun keluar.
Selain itu, untuk kolam lele dari tanah, dapat menyediakan pakan alami sendiri misalnya cacing dan sebangsanya.
Kelemahan
dari kolam tanah ini adalah, kita akan sedikit kesulitan dalam
mengontrol kondisi air. hal ini karena tekstur tanah yang akan sangat
mudah kehilangan air. Kolam jenis ini juga memerlukan tanah yang cukup
luas.
b. Kolam Terpal
Kelebihan
dari penggunaan kolam terpal adalah Biaya Pembuatan relatif lebih
murah, mudah saat mengontrol air karena kolam jenis ini tidak akan
rembes. Kolam jenis ini juga bisa di terapkan pada tanah yang terbatas.
Kolam
terpal juga dapat menghindarkan lele dari pemangsaan ikan liar ataupun
terhindar dari ikan liar yang berpotensi untuk berkompetisi dengan lele
dalam kolam untuk makanan.
Kolam
terpal dapat dilengkapi dengan pengatur volume air yang bermanfaat
untuk mempermudah penggantian air maupun proses panen. Ketinggian air
juga dapat lebih mudah diatur sesuai dengan usia ikan.
Kolam
terpal lebih mudah dan murah untuk diduplikasi, sehingga dapat
dikembangkan sebagai usaha mikro maupun makro. Lele relatif tidak berbau
dibandingkan jika dikembangkan dengan metode kolam lainnya. Kolam
terpal juga dapat dengan mudah dipindahkan tidak seperti kolam tanah
atau kolam beton yang memerlukan lahan permanen.
Kelemahan
kolam terpal adalah kolam terpal tidak dapat menetralisir racun. Racun
ini biasanya disebabkan karena kelebuhan pakan atau penanganan terpal
yang kurang baik.
Rawan
bocor. Lahan tempat meletakkan kolam terpal harus bebas dari
sudut-sudut lancip. Hewan pengerat seperti tikus juga senang mengunyah
terpal sehingga tikus juga merupakan salah satu penyebab utama bocornya
kolam terpal.
Mudah
lapuk karena hujan. hal ini menyebabkan kolam lele Kurang awet. Usia
rata-rata kolam terpal hanya sekitar 2 tahun. Sementara kolam tanah dan
kolam beton dapat berusia hingga puluhan tahun selama dijaga agar tidak
terlalu berlumut.
c. Kolam tembok atau Kolam semen
Beberapa
kelebihan penggunaan kolam tembok/semen adalah Umur Penggunaan pada
kolam tembok relatif lebih lama yakni mampu bertahan hingga 5 – 10
tahun.
Kolam
tembok/semen mampu meredam perubahan suhu sehingga suhu dalam media
tetap stabil. Kolam tembok/semen menjadikan Pengaturan air yang lebih
mudah.
Kekurangan kolam tembok/semen adalah pembuatan kolam tembok membutuhkan biaya relatif lebih mahal.
disamping itu kolam tembok/semen permanen sehingga tidak bisa dipindah-pindah
Selain
itu kolam tembok/semen memerlukan perhatian ekstra pada saat mau
digunakan pertama kali. Pada kolam yang baru dibuat perlu dilakukan
perendaman terlebih dahulu dengan air yang dicampur serabut kelapa
selama 2 mingguan, tujuannya agar zat-zat yang membahayakan dalam semen
dapat ternetralkan.
2.Pengapuran dan pemupukan
Setelah
kolam tanah siap, tahap selanjutnya adalah pengapuran. Pengapuran ini
bertujuan untuk menyeimbangkan kadar keasaman kolam dan membunuh patogen
jahat yang ada dalam kolam. Pengapuran ini biasanya menggunakan kapur
berjenis dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran
ini dilakukan dengan cara ditebar secara merata ke seluruh permukaan
kolam. Yang harus diperhatikan adalah dosisnya. Untuk 250 sampai 750
gram kapur bisa untuk satu meter persegi, dan berlaku kelipatannya.
Selain
pengapuran juga harus dilakukan pemupukan untuk menyediakan nutrisi
bagi biota air yang nantinya akan menjadi pakan dari si lele. Pemupukan
bisa dilakukan menggunakan pupuk organik (kandang atau kompos) ditambah
urea dan TSP. Dosis untuk pupuk kolam ikan lele adalah 250 hingga 500
gram per meter perseginya.
3.Pengaturan air kolam
Ketinggian
air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian
kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air
sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu
minggu.
Dengan
kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar
kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh
dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna
kehijauan.
Setelah
satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam
ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada
ketinggian ideal.
Pemilihan benih ikan lele
Untuk
hasil panen yang baik dalam budidaya ikan lele, tentu saja kita harus
memilih benih lele dengan kualitas yang baik yang merupakan salah satu
faktor penting dalam keberhasilan pembesaran ikan lele. Kualitas benih
ikan lele yang akan dibudidayakan sangat menentukan kesuksesan budidaya
lele. Jika terjadi kesalahan dalam memilih benih lele, maka bisa saja
usaha budidaya lele akan mengalami kegagalan. Ada beberapa kriteria yang
setidaknya harus kita ketahui sebelum membeli benih lele.memilih benih
lele berkualitas
Berikut adalah beberapa tips singkat tentang cara memilih benih lele yang berkualitas.
1. Kesehatan (Amati Fisik dan Gerakannya)
Benih lele
yang berkualitas memiliki ukuran tubuh yang proporsional (ukuran kepala
dan tubuh seimbang), tidak cacat, tidak luka, sungut tidak pucat dan
warna tubuh cerah dan mengkilap. Selain itu ciri benih lele yang sehat
adalah gerakan aktif, lincah, tidak menggantung serta tidak bergerombol
di pojok kolam.
2. Ukurannya Seragam
Ukuran benih lele yang tidak seragam
akan mengakibatkan pertumbuhan lele menjadi tidak serempak. Ikan lele
bersifat kanibal, jika lapar maka ikan lele yang berukuran besar akan
memangsa lele lain yang ukurannya lebih kecil. Jika kita menghendaki
ukuran benih 5 cm maka sebaiknya toleransi benih ukuran 4 cm dan 6 cm
masing-masing tidak lebih dari 10 % populasi.
3. Riwayat Induk/Keturunan.
Berasal dari induk yang unggul. Bukan hasil pemijahan (perkawinan) dengan tingkat kekerabatan yang dekat (inbreeding).
4. Riwayat Penyakit
Ikan pernah sakit atau tidak? Jika benih
lele pernah sakit tanyakan bagaimana kronologis dan cara penanganannya.
Apakah menggunakan antibiotik, vitamin, atau probiotik, atau bahkan
perlakuan teknis saja. Tidak disarankan menggunakan antibiotik dengan
dosis berlebihan karena penyakit/bakteri akan bersifat kebal sehingga
memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Demikianlah 4 tips
singkat tentang memilih benih ikan lele yang berkualitas untuk
dibudidayakan, semoga berguna dan usaha pembesaran lele kita dapat
berhasil dan memuaskan
Cara menebar benih
Sebelum
benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya,
masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan
selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu
kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih
keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada
benih.
Tebarkan
benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter
persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih
yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat
benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan
air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya
disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang
ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut
ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara
intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang
dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah
200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4
meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor,
maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pemberian pakan
Salah
satu aspek keberhasilan ternak lele adalah proses pemberian pakan.
Proses pemberian pakan juga berpengaruh pada kualitas air, meratanya
pertumbuhan ikan, dan tingkat kematian. Beberapa hal berikut ini
berkaitan dengan pemberian pakan ternak lele yang dipelihara.
1. Berilah pakan secara teratur atau terjadwal
Pemberian
pakan ikan lele sebaiknya dilakukan secara teratur. Tentukan kapan dan
berapa kali dalam sehari waktu pemberian pakan. Minimal baik dua kali.
Misalnya dalam sehari dilakukan 2 kali, pagi dan sore, atau 3 kali,
pagi, siang dan malam.
Untuk
pemberian pakan 3 kali sehari, waktunya pagi hari dapat dilakukan
antara jam 8 hingga jam 9, siang antara jam 1 hingga jam 2 dan malam jam
antara jam 8 hingga jam 9. Dari pengalaman, jika pemberian pakan
dilakukan terlalu pagi, lele kurang nafsu makannya.
memberi-pakan-lele1
2. Sesuaikan Ukuran Pelet dengan Ukuran Lele
Di
pasaran beredar pelet ikan lele dalam berbagai aneka ukuran. Sesuaikan
ukuran untuk tiap-tiap masa pertumbuhan ikan lele, mulai dari pelet
terkecil kemudian secara bertahap dinaikkan ukurannya menjadi pelet
ukuran lebih besar. Pelet yang terlalu besar akan menyulitkan lele untuk
makan.
3. Basahi pelet hingga mengembang
Lele
termasuk jenis ikan yang rakus dan doyan makan. Untuk menghindari
terlalu banyak makanan yang masuk ke perutnya, lembabkan pelet dengan
cara diperciki air atau basahi pelet dengan air secara merata kemudian
diamkan beberapa menit agar volume pelet mengembang. Lele akan makan
jumlah pelet lebih banyak dalam kondisi pelet ditebar kering
dibandingkan jika pelet dibasahi air terlebih dahulu.
Pelet
kering ini nantinya akan mengembang di dalam perut ikan lele, sehingga
perut lele menjadi sesak dan dapat mengganggu kesehatan lele sampai
timbulnya kematian. Ikan yang kekenyangan salah satu indikatornya adalah
menggantung diam dalam posisi miring di bawah permukaan air.
4. Tambahkan Probiotik
Ada
baiknya selain dibasahi, pakan ikan juga dicampur dengan probiotik dan
vitamin. Satu paket botol yang berisi dua hal tadi dapat dibeli dengan
mudah di toko makanan ikan. Selain baik bagi ikan, probiotik dapat
menjaga kualitas air dan mnguraikan sisa-sisa bahan organik dalam kolam
sehingga tidak mengganggu kesehatan ikan.
5. Beri Makan Secukupnya, Jangan Bersisa
Pemberian
makan dilakukan dengan penebaran secara berangsur-angsur, jangan sekali
masuk atau lempar ke dalam kolam. Sekiranya ikan terlihat tidak
bernafsu lagi mengejar makanan, penebaran pakan segera dihentikan. Ini
dilakukan untuk menghindari banyaknya pelet tersisa yang akan tenggelam
di dasar kolam yang dapat mempengaruhi kualitas air kolam. Terlebih lagi
pemberian pakan tambahan yang sifatnya langsung tenggelam ke dasar
kolam seperti bekicot dan keong. Air kolam yang terlalu banyak tersisa
pakan ikan akan turun kualitasnya secara drastis. Sisa makanan
mengakibatkan perubahan pH pada air karena membuat air bersifat asam.
Kuantitas
pemberian pakan pada pagi, siang dan malam dapat berbeda, biasanya pada
waktu malam, nafsu makan ikan lebih tinggi dan makan dalam jumlah yang
lebih banyak.
6. Tebarkan secara Merata
Tebarkan
pakan secara merata, terutama untuk kolam dengan tingkat kepadatan
tinggi. Kepadatan kolam yang tinggi akan menyulitkan ikan bergerak
menggapai pakan, dengan tebar secara merata diharapkan semua ikan
mendapatkan jatah makanannya. Penebaran yang tidak merata menyebabkan
banyaknya ikan lele yang memiliki ukuran terlalu jauh berbeda.
7. Jaga Kondisi Kolam Tetap Tenang
Setelah
pemberian pakan, jaga kondisi kolam tetap tenang agar pakan tidak
dimuntahkan keluar kembali oleh ikan. Hindari aktivitas mengejutkan yang
dapat mengganggu acara pencernaan makanan oleh ikan seperti penggantian
air, melemparkan sesuatu dengan keras ke dalam kolam seperti penaburan
kapur atau garam, atau memasukkan jaring untuk menangkap beberapa ikan
dalam kolam.
8. Hindari Pakan Tambahan Mentah
Pakan
tambahan yang lebih murah atau gratis seperti ayam mati, bekicot atau
keong mas dapat diaplikasikan untuk mengurangi biaya pembelian pakan.
Makanan berupa daging yang masih mentah sebaiknya direbus dahulu atau
dibakar dahulu baru diberikan pada ikan. Ini untuk menghindari tabiat
ikan yang menjadi ganas hingga cenderung untuk makan sesama ikan yang
berbeda ukuran atau kanibalisme. Selain itu pakan berupa daging mentah
yang direbus dulu juga bertujuan membunuh kuman penyakit yang mungkin
terkandung di dalam bahan sehingga ikan lele tidak tertular penyakit dan
tetap sehat.
Beberapa
peternak meyakini bahwa usus ikan lele yang tergolong pendek tidak baik
jika diisi makanan terlalu kenyang. Lebih baik memberi pakan
sedikit-sedikit saja namun dengan frekuensi yang lebih sering. Tentunya
lain peternak lain pula pengalaman yang dimilikinya. Sebagian peternak
lain yang memelihara lele di kolam tanah, lebih memilih memberi pakan
sehari 2 kali saja dengan pengalaman hasil yang lebih optimal
dibandingkan sehari dilakukan 3 kali. Silahkan mencoba, berapa kali
sehari yang lebih yang cocok untuk anda terapkan
Pengendalian Penyakit
Hama
dan penyakit ikan lele banyak ragamnya, beternak lele tanpa
memperhitungkan resiko serangan hama dan penyakit akan membawa
malapetaka.
Serangan
hama dan penyakit ikan lele bisa dihindari dengan memperbaiki manajemen
budidaya. Namun meskipun begitu, tetap saja masih ada faktor eksternal
yang tidak bisa dielakkan 100 persen. Banyak hal-hal tidak terduga yang
bisa terjadi ketika kita membudidayakan ikan lele.
Sumber
hama dan penyakit ikan lele dari faktor internal, antara lain
pengaturan pakan yang tidak tepat, benih yang membawa bibit penyakit,
sampai pengaturan air yang buruk. Sedangkan dari faktor eksternal antara
lain iklim, cuaca, sumber air, serangan wabah regional dan lain
sebagainya.
Pengendalian hama ikan lele
Dalam
beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme
besar baik yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele
yang bersifat predator adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah
perkotaan kucing pun kadangkala menjadi hama yang perlu di waspadai.
Selain itu, ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele yang
masih kecil.
Hama
yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang
beternak lele di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di
pematang sehingga kolam bocor. Hama yang dikategorikan pesaing adalah
Ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam
melalui saluran masuk atau keluar air.
Penanggulangan
dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari
pinggiran kolam, menyaring jalan masuk dan keluar air, sampai menutup
kolam dengan paranet. Apabila kita beternak lele secara intensif,
biasanya gangguan hama jarang terjadi karena kolam relatif terawasi
terus menerus.
Pengendalian penyakit ikan lele
Penyakit
ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar
lainnya. Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi
yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut beberapa
penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi:
Penyakit bintik putih (white spot),
penyebabnya adalah protozoa dari jenis Ichthyphyhirius multifillis.
Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar. Pada ikan lele
banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada permukaan kulit
dan insang. Bila terkena ikan akan mengosok-gosokkan badannya ke
dinding atau dasar kolam. Peyakit ikan lele ini dipicu oleh kualitas air
yang buruk, suhu air terlalu dingin dan kepadatan tebar ikan yang
tinggi. Untuk mencegah agar ikan tidak terkena white spot, pertahankan
suhu air pada kisaran 28oC dan gunakan air yang baik kualitasnya.
Pengobatan untuk jenis penyakit ikan lele ini antara lain dengan cara
merendam ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air ditambah
dengan malacit green 0,15 gram per meter kubik air selama 24 jam. Pada
ikan lele yang sudah besar, penyakit ini juga bisa dihilangkan dengan
memindahkan ikan ke kolam dengan suhu 28oC.
Penyakit gatal (Trichodiniasis) disebabkan
oleh protozoa jenis Trichodina sp. Gejala penyakit ikan lele
Trichodiniasis adalah ikan terlihat lemas, warna tubuh kusam dan sering
menggosok-gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam. Penyakit ikan
lele ini menular karena kontak langsung dan juga lewat perantara air.
Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dan kekurangan oksigen disinyalir
memicu perkembangannya. Penyakit ikan lele ini bisa dicegah dengan
mengatur kepadatan tebar dan menjaga kualitas air. Penyakit ini bisa
dihilangkan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama
12-24 jam.
Serangan bakteri Aeromonas hydrophila.
Penyakit ikan lele yang ditimbulkan bakter ini menyebabkan perut ikan
menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada
pangkal sirip dan luka-luka disekujur tubuh ikan. Faktor pemicu penyakit
ikan lele ini adalah penumpukan sisa pakan yang membusuk di dasar
kolam. Untuk mencegahnya, upayakan pemberian pakan yang lebih tepat dan
pertahankan suhu air 28oC. Pengobatan yang paling umum pada ikan benih
adalah pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC). Caranya dengan
mencampurkan OTC dengan pakan, takarannya 50 mg per kg pakan. Berikan
selama 7-10 hari. Apabila penyakit ikan lele ini menyerang kolam
pembesaran, gantilah air kolam dua kali sehari. Pada saat penggantian
air, tambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gram per meter kubik.
Penyakit Cotton wall disease,
penyebabnya bakteri Flexibacter Columnaris. Bakteri ini menyerang organ
dalam seperti insang. Gejala yang ditimbulkannya adalah terjadi luka
atau lecet-lecet pada permukaan tubuh, ada lapisan putih atau bintik
putih, gerakan renang lambat dan ikan banyak mengambang. Faktor
pemicunya adalah pembusukan sisa pakan didasar kolam dan suhu air yang
naik terlalu tinggi. Pencegahannya dengan mengontrol pemberian pakan dan
mempertahankan suhu air pada 28oC. Apabila ada anggaran lebih, berikan
vaksin pada benih ikan. Utuk mengobati penyakit ikan lele adalah dengan
memberikan OTC 50 mg per kg pakan yang diberikan 7-10 hari. Cara
lainnya, rendam ikan dalam larutan OTC dengan dosis 3-5 ppm selama 12-24
jam. Ikan lele yang diberi antibiotik baru bisa dikonsumsi setelah dua
minggu.
Penyakit karena serangan Channel catfish virus (CCV).
Virus ini tergolong kedalam virus herpes. Ikan yang terinfeksi tampak
lemah, berenang berputar-putar, sering tegak vertikal di permukaan, dan
pendarahan dibagian sirip dan perut. Faktor pemicu penyakit ikan lele
ini adalah fluktuasi suhu air, penurunan kualitas air dan kepadatan
tebar yang tinggi. Untuk mencegah serangan virus ini adalah dengan cara
memperbaiki manajemen budidaya, menjaga kebersihan kolam dan pemberian
pakan yang berkualitas. Pengobatan ikan yang telah terinfeksi jenis
virus ini belum diketahui. Namun penyakit ikan lele ini bisa pulih
dengan meningkatkan kebersihan kolam seperti mengganti air kolam hingga
ikan terlihat pulih.
Selain
penyakit ikan lele di atas, terdapat juga sejumlah penyakit yang bukan
disebabkan oleh infeksi melainkan disebabkan oleh kondisi lingkungan,
seperti keracunan dan lain sebagainya. Berikut beberapa penyakit
non-infeksi yang penting diketahui dalam beternak lele:
Penyakit
kuning (Jaundice), penyakit ini akibat dari kesalahan nutrisi pakan.
Penyebabnya antara lain kualitas pakan yang buruk, seperti telah
kadaluarsa atau pakan disimpan di tempat lembab sehingga pakan rusak.
Beberapa keterangan mengatakan jaundice bisa disebabkan oleh pemberian
jeroan atau ikan rucah secara kontinyu. Keterangan lain mengatakan
serangan jaundice bisa datang apabila dalam air kolam banyak terdapat
alga merah.
Pecah usus atau Reptured Intestine Syndrom (RIS).
Penyakit ikan lele ini terlihat dari gejalanya yang khas yaitu pecahnya
usus. Penyebabnya adalah pemberian pakan yang berlebihan. Ikan lele
merupakan ikan yang rakus, berapapun pakan yang kita berikan akan
disantapnya sehingga akan memecahkan usus bagian tengah atau belakang.
Untuk menghindarinya, lakukan pengaturan pemberian pakan yang efektif.
Kebutuhan pakan ikan lele per hari adalah 3-6% dari berat tubuhnya dan
harus diberikan secara bertahap, pagi, siang, sore atau malam hari.
Kekurangan vitamin,
kasus kekurangan vitamin yang paling sering pada ikan lele adalah
kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan tubuh
ikan bengkok dan tulang kepala retak-retak. Apabila terlihat penyakit
ikan seperti ini, berikan vitamin mix yang banyak dijual di pasar.
Dosisinya 1 gram per kg pakan lele diberikan selama 5-7 hari.
Penyakit keracunan, penyakit
ini ditimbulkan karena faktor lingkungan seperti air yang tercemar
pestisida, atau akibat kimia industri lainnya. Untuk menanggulanginnya,
usahakan penggantian air kolam minimal sebanyak 20% setiap dua kali
sehari.
Teknis Pemanenan Ikan Lele
Dalam budidaya ikan air tawar, pemanenan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pemanenan benih dan pemanenan hasil pembesaran.
Masing- masing pemanenan memiliki teknis tersendiri dalam pelaksanaanya.
PEMANENAN BENIH
Sebelum
dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat- alat
tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana
yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser
halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan
benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari
kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen
benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan
sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan
kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air
kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara
perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah
secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser
halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba.
Benih
dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat
diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
PEMANENAN HASIL PEMBESARAN
Untuk
menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total.
Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat
berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm.
Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan
pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan
menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment